Senin, 01 Agustus 2011

RAMADHAN DAN HAJI


Ramadhan dan haji, 2 kata yang seakan terpisah tapi sebenarnya banyak persamaannya. Secara waktu, bulan ramadhan dan bulan haji itu itu beriringan. Sebab menurut hukum syariat, bulan haji itu adalah bulan syawal, bulan dzul qo'dah dan 10 hari bulan dulhijjah. Menurut saya ibadah yang paling nikmat ada di 2 waktu yakni saat melaksanakan ibadah haji dan saat ramadhan. Saat haji, walau kelihatan berat tapi saat jalaninya terasa ringan bahkan menyenangkan. Saat ke masjidinnabawi walau jarak harus menempuh perjalanan kaki selama 30-40 menit, kayak deket aja. Duduk di masjid berjam-jam juga terasa sebentar bahkan saat menuju jamarat yang perlu perjalanan 1-1,5 jam atau pulang pergi perlu waktu 2-3 bahkan ada yang 4 jam, dijalani dengan suka cita. Padahal kalau di tanah air, mau pergi ke lokasi yang jaraknya 300 meter aja kita udah pake mobil minimal pake sepeda motor. Demikian juga saat bulan ramadhan, baca qur'an bisa sampai khatam 3-5 kali, padahal kalau gak bulan puasa 11 bulan paling banter khatam qur'an Cuma sekali, itu pun sudah bagus dari pada tidak pernah khatam. Saya pernah bertanya pada diri sendiri kenapa saat tidak bulan ramadhan, membaca alqur'an Cuma habis maghrib itupun paling beberapa halaman. Itupun harus menguatkan diri agar bisa istiqomah. Padahal kalau mau nambah sampai 1 juz Cuma memerlukan waktu setengah jam, apalagi kalau habis asyar, bukannya membaca al qur'an tapi malah dreres (baca liat) you are my destiny, takut ketinggalan cerita bagaimana perjalanan cinta kang ho se, kim su bin dan Jang/Kim sae byuk, padahal YAMD itu CD nya udah ada bisa dibeli di lapak-lapak penjual CD yang artinya bisa diliat kapan saja tanpa harus nungguin jam 4 sore.
Mengapa itu terjadi? Menurut saya itu semuq bisa terjadi karena di 2 waktu itu Allah menurunkan rahimnya dengan sangat besar, plus bonus pahala yang berlipat-lipat. Kalau di saat haji ada bayak waktu dan tempat yang mustajabah serta bonus pahala yang menggiurkan, di bulan ramadhan jugaada banjir bonus pahala, bayangkan, tidurnya orang puasa oleh Allah dianggap ibadah juga ada lailatul qodar, malam kemuliaan, yang digambarkan sebagai keindahan seribu bulan. SUBHANALLOH. Sehingga kitapun terpacu untuk fastabikhul khoirot Selain iming-iming banjir bonus pahala kita juga perlu punya niat yang luar biasa untuk mendapatkan banjir bonus dari Allah SWT. Sebab tanpa niat yang cukup walau tau betapa Allah SWT memberi banjir bonus pada saat ramadhan, ya tetap saja mereka gak puasa, apalagi iktikaf di masjid.


Puasa Ramadhan dan Ibadah haji, tak ubahnya kawah candradimukanya seorang muslim agar lulus dan bergelar Muttaqiin. Karena candra dimuka maka tentu ada banyak ujiannya, diantaranya uji kesabaran. Di pelaksanaan ibadah haji, karena yang melaksanakan ibadah haji itu jumlahnya jutaan dalam tempat yang sama dan melakukan aktifitas yang sama , maka seseorang diuji kesabarannya setiap kali akan melakukan aktifitas baik aktifitas pribadi seperti kalau mau buang air kecil harus rela antri ataupun aktifitas ibadah seperti mau towaf harus rela berdesak-desakan, apalgi untuk mencium hajar aswad, perlu perjuangan ndak Cuma sabar tapi juga keinginan yang kuat. Sementara saat puasa ramadhan, sebagaimana nabi Muhammad SAW bersabda bahwa jihat yang besar adalah jihat melawan hawa nafsu. Untuk melawan hawa nafsu tentu kita memerlukan kesabaran, intinya kedua jenis ibadah ini mengharuskan kita melakukan pengendalian diri dalam menghadapi segala persoalan
Kesamaan 2 rukun Islam ini juga pada ekses negatifnya yaitu konsumtif. Pada saat haji, bagaimana kita tidak ingin belanja kalau begitu keluar masjid baik di masjid nabawi maupun di masjidil haram kita langsung bertatapan dengan toko-toko yang menawarkan berbagai macam barang mulai perhiasan, baju, makanan sampai parfum. Di sepanjang jalan baik di Mekah maupun di Madinah ada banyak orang menggelar dagangannya dengan harga yang sangat murah. Kalau disini ada kios serba lima ribu, disanapun ada khomsa real alias lima realan, yang menjual semua harga mulai sajadah, arloji sampai mainan anak-anak dengan harga 5 real. keadaan itu sama adanya sampai kita masuk ke maktab. Belum lagi adanya budaya kita yang memberikan oleh-oleh baik itu berupa sajadah, kerudung atau barang pecah belah, untuk tamu yang hadir saat kita datang dari tanah suci. Demikian juga saat Ramadhan, begitu menjelang bulan ramadhan sampai idul fitri dipastikan inflasi akan tinggi karena ada kenaikan harga terutama 9 bahan pokok. Kenaikan itu juga karena berlaku hukum ekonomi bahwa ketika kebutuhan meningkat maka hargapun beranjak naik. Sebenarnya puasa itu kan pengendalian nafsu termasuk nafsu untuk belanja. Tapi karena setelah puasa itu ada hari raya yang mengharuskan orang bersilaturrahmi, maka perlu ada anggaran untuk menjamu, anggaran untuk mudik bagi yang rumahnya jauh dari orang tua, atau anggaran untuk beli baju baru, walau sebenarnya saat hari raya itu sunnahnya memakai baju yang paling baik bukan baju baru. Kalau menurut pakar keuangan safir sendok, lebaran adalah kegiatan yang setiap tahun terjadi, sehingga mestinya bisa direncanakan anggarannya misalnya dengan menabung. Tapi itu untuk orang yang penghasilan cukup, lha kalau untuk makan tiap hari aja sudah kesulitan, bagaimana mau nabung? Akhirnya kalau yang gelap mata, mereka pake jalan pintas yaitu mencuri, akibatnya tingkat kejahatan saat ramadhan juga meningkat. Inilah ironi di masyarakat. Kita bisa mengurangi ironi ini kalau kita yang mampu mau berbagi kebahagiaan dengan mereka dengan memperbanyak amal dan mengeluarkan zakat mal. Yakinlah ketika mereka tersenyum ada kebahagiaan yang tak terkira. SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA DAN BERLOMBA DALAM KEBAIKAN.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar