Selasa, 24 Mei 2011

belajar dari sejarah

Tahun kemarin ketika ada film 2012 semua orang pada ramai membicarakan tentang datangnya kiamat. padahal orang holywood sudah sering bikin film yang menggambarkan dunia kiamat. Pembicaraan itu semakin ramai tatkala ada ramalan dari suku maya bahwa kiamat  akan terjadi tahun 2012. kiamat sudah dekat itu sudah pasti bahkan sudah dibilang sama baginda Nabi 16 abad yang lalu, tapi kapannya itu adalah hak prerogatifnya Allah sebagai penguasa alam. tapi yang mengelisahkan saya bukan rumor kapan kiamat itu, tapi ternyata di tahun 2012 ada badai matahari atau solar storm yang sebenarnya juga terjadi setiap 11 tahun sekali. hanya saja ilmuwan amerika memperingatkan bahwa badai matahari kali ini jauh lebih dasyad dari biasanya bahkan melebihi badai catarina. Menurut mereka badai matahari akan membuat jaringan listrik maupun komunikasi menjadi terganggu. Coba kita bayangkan, listrik mati gara-gara gardu listrik mati stelah kena halilintas kita jadi kebingungan setengah mati, pekerjaan rumah tangga jadi kacau balau, anak kita pada gak bisa belajar. la kalau yang rapuh dan tidak stabil  adalah jaringan listrik plus jaringan telekomunikasi, apa ndak kelepekan. apalagi sekarang semua orang sudah memakai perangkat komunikasi . semua  orang sudah buat akun facebook twitter atau bahkan punya web sendiri.
              Membayangkan semua itu, saya kok jadi keinget cerita zaman nabi yusuf. pada saat itu beliau bermimpi akan datangnya 7 sapi (?) yang gemuk gemuk kemudian datang sapi yang kurus-kurus. dan setelah ditafsirkan oleh ahli penafsir mimpi, mimpi itu diartikan sebagai akan datang musim subur selama 7 tahun berturut-turut, tapi kemudian datang musin paceklik juga 7 tahun berturut. apa yang kemudian dilakukan oleh Nabi Yusuf sebagai pemimpin saat itu? beliau kemudian memerintahkan rakyatnya untuk bekerja dengan baik dan membuat lumbung berbagai kebutuhan untuk menghadapi masa paceklik. alhasil akhirnya beliau berhasil membuat rakyatnya tidak kekurangan bahan makanan dan bahan pokok lainnya walau musim paceklik berlangsung cukup lama. apa yang kita bisa kita ambil di cerita nabi yusuf, bahwa kita diajari untuk membuat perencananan dan mengantisipasi segala kemungkinan terjelek.
               Nabi yusuf yang tidak mengenal RPJM, RPJP  bisa membuat perencananan jangka menengah dengan sangat baik hanya dengan tafsir mimpi. sementara kita yang sekarang sudah memakai data dari  satelit semestinya bisa berbuat lebih baik. bahwa semua data itu bermuara pada suatu bencana, maka seharusnya kita mulai bersiap menghadapi segala kemungkinan. apalagi dikatakan juga  bahwa badai matahari juga bisa menimbulkan kemarau panjang.  kalau musim kemarau berkepanjangan, maka dapat dipastikan akan menimbulkan efek domino. banyak yang gagal panen dan akibatnya akan terjadi kekurangan pangan. kalau bencana itu hanya di satu atau dua negara, kita bisa ekspor tapi kalau hampir semua negara? apalagi baru-baru ini (kalau gak salah) vietnam yang biasanya mengekspor berasnya ke kita pun sudah mulai membatasi ekspor beras.
           Dalam pikiran saya, kalau kita gak pake hp or internet paling-paling kita mati gaya,   tapi kalau kelaparan, akibatnya bisa sangat kompleks, bisa merusak akidah bisa juga membuat gelap mata. belajar dari sejarah, itu yang mesti kita lakukan, kita bisa meniru nabi yusuf dalam menghadapi persoalan. tatkala saya katakan tentang kegalauan saya, teman saya ada yang bilang yang nanti ya diurus nanti, toh belum terjadi buat apa kita pusingkan hal yang belum pasti, lho tapi kalau kita bersikap demikian berarti kita itu pasrah padahal pasrah itu baru boleh dilakukan kalau kita sudah berusaha seoptimal mungkin. kita memang jarang ( bahkan gak pernah) belajar dari sejarah bahkan kita sering menyalahkan orang yang punya data tentang akan terjadinya suatu bencana, pasti kita untuk kepentingan sesaat (baca mencegah kepanikan) dengan cepat akan mengatakan bahwa hal itu tdk benar, tapi saat bencana itu terjadi kita pasti akan kalang kabut, dan seperti biasanya kita akan saling menyalahkan. Semestinya dari sekarang kita mulai menyiapkan segala hal yang mungkin terjadi, misalnya sudahkah cukup persediaan bahan pokok yang ada di gudang bulog/dolog, jangan sampai kita baru berfikir beras tatkala isi gudang bulog hanya cukup untuk 2 bulan mendatang. saatnya kita berfikir jauh ke depan dan bukannya berfikir sesaat  sehingga kita bisa mengatasi masalah tanpa masalah, anda setuju?