Senin, 16 Juli 2012

Kenapa setiap hasil Pemetaan Guru Jeblok?

Beberapa hari ini saya sering ngobrol dengan staf tentang kenapa setiap kali ada tugas untuk guru  pengisian data yang sudah jelas petunjuknya masih banyak yang salah? Bisa jadi petunjuknya yang kurang jelas, tapi kemudian saya berpendapat bahwa banyak guru kita kualitasnya yang rendah.  Saya tidak sekedar ngomong, coba kita lihat bagaimana hasil uji kompetensi awal sertifikasi 2012 ini, nilainya sangat memprihatinkan. Padahal yang menjadi soal di UKA kemarin adalah materi dasar yang mereka ajarkan kepada anak didiknya di sekolah. Mau bukti lain, hari ini saya dilapori seorang dosen di universitas yang menjadi lptk PLPG, katanya hanya 20% peserta PLPG yang lulus. Memang si guru peserta PLPG nantinya bisa jadi lulus plpg karena  bisa mengikuti ujian ulang sampa 2 kali, Dan saya bisa prediksi bahwa ketika nanti dilaksanakan uji kompetensi guru online, hasilnya sama dengan UKA bahwa yang nilainya di atas 76 alias baik tidak lebih dari 30%.
               Kenapa bisa begini? Saya kemudian merunut 20 tahun ke belakang, dimana pada saat itu profesi guru belum menjanjikan kesejahteraan. Pada saat itu ada seorang kenalan yang cerdas Iqnya terpaksa milih kuliah di IKIP karena dengan pertimbangan akan cepat dapat kerja karena dia sadar ekonomi orang tuanya tidak mampu padahal dia sebenarnya berkeinginan masuk fakultas ekonomi. Dan kasus seperti teman saya ini tidak hanya satu tapi banyak sekali.  Zaman saya dan mungkin masa-masa sebelumnya, anak yang pintar cenderung memilih kuliah di fakultas kedokteran dan fakultas tehnik untuk yang eksak sedang untuk yang sosial lebih memilih fakultas ekonomi. Saya sendiri (walau tidak pintar) bahkan tidak pernah berfikir masuk IKIP, saya lebih suka masuk Fakultas Hukum.  Bahkan teman saya yang paling pintar dan anak seorang guru tidak berkeinginan jadi guru.  Tentu tidak semua mahasiswa IKIP berkualitas rendah dan tentu tidak semua anak yang pinter pingin masuk universitas.  Jadi kalau sekarang hasil pemetaan guru berkata seperti itu, tentu bisa dimaklumi. Karena yang mau jadi guru itu mereka yang pas-pasan, ada yang tidak setuju? Monggo saya tunggu komentarnya