Ada yang
bilang hidup dimulai di usia empat puluh. Kalau saya dulu melihatnya sebagai
barometer orang tersebut berhasil menata hidupnya apa tidak. Sebab Sering saya
melihat orang yang sukses karena berhasil melewati usia empat puluh dengan baik,
tapi banyak pula yang tidak sukses melewati usia empat puluh sehingga dia harus
memulai hidup dari awal bahkan ada yang hidup susah dimasa tuanya. Ada banyak
hal yang menyebabkan seseorang tidak bisa melewati masa 40-an dengan baik
misalnya soal asmara, ada istilah puber kedua. Saya belum pernah melakukan
penelitian kenapa banyak orang yang mengalami puber kedua diusia 40-an, tapi
perkiraan saya karena itu adalah titik jenuh pernikahan mereka. Pasangan yang
biasanya melakukan hal-hal romantis karena perjalanan waktu mulai kehilangan
momentum, sehingga ketika ada sentuhan sedikit saja dari orang lain, langsung
terpukau. Kalau tidak ada kontrol dari dalam diri, tentu saja hal ini bisa
menjadi malapetaka. Di pekerjaan, saat usia 40-an adalah masa pengembangan
karier mulai menampakkan ujungnya, sukses atau tidak.
Namun bagi
saya yang memasuki usia empat puluh tahun, ternyata di usia empat puluh tahun
yang saya rasakan kondisi fisik yang mulai terasa beda. Mata yang dulu enak
diajak kompromi membaca tulisan yang kecil sekalipun, sekarang kalau diajak
baca yang tulisannya kecil mulai gak jelas. Badan yang dulu dikasih makan soto
daging (yang walaupun namanya soto daging ternyata lebih banyak jerohannya) gak
berasa apa-apa, sekarang habis makan soto langsung alarm berbunyi, dengkul
mulai sedikit terasa berat walau gak sampai cekot-cekot. Jadi sekarang diusia
empat puluh tahun, ya harus segera menjaga diri (walau mestinya dari usia
muda), jaga kesehatan dan paling penting jaga hati.
Ada banyak
harapan diusia 40-an, karier yang bagus, kesehatan yang prima, anak-anak yang
sehat, cerdas dan bermoral (mirip visi sebuah kota) serta yang paling penting
keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah. Sederhana dan klise tapi saya tahu untuk mendapatkan apa yang saya
harapkan butuh perjuangan keras tanpa kenal lelah. Tapi saya yakin dengan doa
dan ikhtiar itu semua bisa dalam genggaman. SEMOGA!