Dalam Al Qur’an ada banyak ayat tentang bagaimana memulyakan
dan menjaga harta anak yatim. Nabi Muhammad
SAW, juga sering menunjukkan betapa
besarnya pahala orang yng memulyakan anak yatim, dalam sebuah hadist nabi
bersabda “Aku dan penjaga anak yatim akan berada di
dalam Jannah yang berdekatan seperti dekatnya jari tengah dan jari telunjuk.” Rosululloh
saw. Juga bersabda, “Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim
dengan penuh kasih sayang, maka untuk setiap helai rambut yang disentuhnya akan
memperoleh satu pahala, dan barangsiapa berbuat baik terhadap anak yatim, dia
akan bersamaku di Jannah seperti dua jari ini.” Ketika mensabdakan hadits ini
Rosululloh saw. berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya yang
menunjukkan betapa dekatnya beliau dengan orang yang memulyakan anak yatim. Tentu semua muslim ingin dekat dengan nabi
saat di surga, sehingga banyak orang yang berlomba-lomba memulyakan anak yatim.
Anak yatim itu sebagaimana anak yang lain memang membutuhkan kasih sayang yang
lengkap yaitu kasih sayang ayah ibu, sehingga sentuhan kasih sayang harus lebih
sering diberikan kepada mereka. Seperti anak saya yang paling kecil, hira, yang
saat ditinggal abi nya masih berusia 1 tahun, dia yang saat abinya masih hidup
hanya mau sama abinya, tapi setelah abi nya meninggal dunia, dia jadi dekat
dengan paklek (om/uncle) nya. Karena di tahun-tahun awal keyatimannya,seperti 2
anak saya yang agak besar, rasa kangen
terhadap abi nya yang sudah meninggal biasanya muncul, dan itu berakibat
perasaannya menjadi sentitif. Sehingga kita harus hati-hati memperlakukannya,
Selain
kasih sayang, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak dari anak yatim itu yang
karena pencari nafkahnya tiada, ekonomi keluarganya menjadi goyah, apalagi
kalau ibunya tidak bekerja. Dan tentu orang yang mampu harus membantunya sebagaimana firman Allah “Katakanlah, “Apa saja harta benda
(yang halal) yang kamu infakkan, maka berikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat
dan anak-anak yatim.” (QS Al Baqoroh,2:215).
Dalam membantu, jangan hanya melihat sisi
pemberi bantuan tapi harus melihat di sisi lain, yaitu sisi anak yatim dan
keluarganya juga harus dilihat dan diperhatikan. Berdasarkan pengalaman saya
yang pernah jadi yatim dan sekarang mempunyai
3 anak yang juga yatim, ada beberapa hal yang menurut saya salah kaprah (ini subyektifitas saya lo)
dalam memulyakan dan menjaga anak yatim yaitu :
- Meletakkan
anak yatim dalam panti asuhan. menurut saya dengan meletakkan anak yatim ke
panti asuhan maka kita membuat mereka yang sudah kehilangan bapaknya menjadi
jauh juga dari ibunya. Sepengetahuan saya panti asuhan itu biasanya berasrama
dan kemudian yang menjaga juga tidak cukup banyak. Alangkah bijaknya kalau anak
yatim itu tetap bersama ibu/bapaknya yang masih hidup, sehingga dia masih
mempunyai figure orang tua, kalaulah kemudian orang tuanya tidak cukp mampu, ya
bantu orang tua si anak yatim tersebut. Dan kalau si anak yatim ini kehilangan
kedua orang tuanya, maka dijadikan keluarga yang kita perlakukan sebagai anak
kandung kita. Gaya memulyakan anak yatim dengan metode panti asuhan rentan
penyelewengan. Ada banyak kasus dimana panti asuhan itu membesar-besarkan
jumlah anak asuhnya untuk sekedar mencari sumbangan, bahkan saya sering
menjumpai panti asuhan itu dipakai untuk mencari nafkah pendirinya. Naudhubillahimindzalik.
Kasus yang masih hangat adalah kasus panti
asuhan Samuel (http://news.detik.com/read/2014/03/06/131555/2517408/10/polisi-dalami-kemungkinan-panti-asuhan-samuel-dijadikan-lahan-bisnis) tapi sebenarnya kalau kasus semacam ini banyak juga terjadi di daerah-daerah. Bahkan
kantor saya pernah mendapatkan proposal bantuan dana dari sebuah panti asuhan
yang letaknya di desa saya dan saya tahu tidak ada anak asuhnya tapi di
proposal ada lebih dari 50 anak yang diakui sebagai anak asuh panti asuhan
tersebut. Dan setelah saya lihat ternyata anak-anak yang ada dalam daftar
tersebut adalah santri TPQ di yayasan yang sama. Dan yang mengherankan saya,ada
tetangga si pemilik panti asuhan yang benar-benar yatim dan ibunya juga jatuh
miskin malah tidak ada dalam daftar tersebut. Kalau menurut saya orang-orang
yang memanfaatkan anak yatim untuk mencari keuntungan pribadinya adalah termasuk orang
yang memakan harta anak yatim, dan apa ganjaran dari orang yang memakan harta
anak yatim tidak lain neraka dengan api yang menyala-nyala, seperti yangfirmankan oleh Allah الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ أَمْوَالَ
الْيَتَامَىظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ
سَعِيْرًا Yang artinya sebagai berikut .“ Sesunggguhnya orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala ( neraka ) “