Hari ini, tanggal 9
april 2014, saatnya kita menentukan masa depan. Sebagai warga negara yang baik,
kita pergunakan hak kita dengan baik yaitu dengan memilih mereka yang sesuai
dengan pantas kita pilih. Cuma saya dan mungkin banyak orang sangat sangat sangat
prihatin. Walaupun MUI sudah mengatakan bahwa politik uang itu haram, tetapi saya melihat semakin hari bukannnya semakin
baik, tapi malah semakin hari disetiap event pemilihan baik pemilihan kepala
daerah maupun pemilihan legislatif
masyarakat kita semakin parah budaya cash n carry, siapa yang bayar gue
pilih. Kalau di tahun 1999 banyak dari kalangan bawah bisa menjadi wakil
rakyat, tapi tahun 2004 sudah mulai berubah apalagi sekarang, caleg yang tidak
punya duit, akan susah dapat dukungan. Banyak dari saudara kita yang sudah tidak lagi melihat track record atau
rekam jejak seseorang. Mereka secara terus terang ngomong walau kadang dengan
isyarat seperti ini ada isinya apa tidak, ada uang bensin ngak? kalau tidak ada ya enggak. Bahkan tadi pagi ketika
saya belanja di pasar tradisional, saya mendengar ada beberapa orang yang lagi ngobrol tentang
politik uang, dengan santai salah satu orang tersebut bilang, la kalau Cuma 50
ribu ya saya abaikan. Saya tahu sendiri bahwa walaupun masyarakat sudah tau si
a ini punya rekam jejak yang bagus, sama orang ringan tangan, peduli sama
lingkungan sekitar, tapi ketika si a ini nyalon, tetap saja banyak dana yang
harus dikeluarkan karena saat hari h-1 pemilihan masyarakat tetap meminta uang.
Melihat politik uang dan korupsi seperti telur dan ayam.
Siapa yang dulu? Pemilih minta cash n carry, karena mereka tahu bahwa yang
mereka pilih itu kaya karena jabatan itu, sementara yang dipilih merasa harus
mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan untuk proses pemilihan, jer besuki
mawa bea.
Kita tentu tidak ingin hal ini terus berjalan di negeri
ini. Untuk itu kita mulai dari yang kecil. Saya yakin sesuatu yang besar
bermula dari hal kecil. Hari ini mari
kita mulai dengan tidak menerima sesen pun uang dari para calon, walaupun
nyata-nyata kita sudah memilih si a misalnya, jangan gadaikan kepentingan besar
kita hanya untuk sesaat. Sebab kalau kita sudah gadaikan suara kita, maka hak
kita untuk mendapatkan pelayanan yang
lebih baik juga tergadaikan. Saya yakin kita sebennarnya sependapat, hanya saja
kita kurang kuat niatnya untuk menghindari politik uang. Tapi Kalau bukan kita
yang mulai, lalu harus siapa? Kalau kita bisa menjadi baik, kenapa kita ogah?