Jumat, 29 Juli 2011

JILBAB

Jilbab, jilbab putih lambang kesucian

          Itu adalah sebait lagu qosidah yang populer di tahun 80-an (ketahuan nih kalau yang nulis udah gak begitu muda he... 3x). Zaman itu jilbab dianggap sesuatu yang aneh, gak lazim dan bahkan dilarang walau gak tertulis. Seseorang yang memakai kerudung atau jilbab atau nama lain, hanya orang yang ada dilingkungan pesantren. Mereka dianggap kuno ndak mode. Masih ingat dalam ingatan saya di tahun 1996 saya tidak bisa diterima di hrd sebuah perusahaan baja di dekat bungurasih sidoarjo, hanya karena saya tidak mau melepas jilbab saya, si pewawancara pada hari itu mensyaratkan rambut saya terurai kalau mau bekerja di situ. Saat itu saya merasakan seperti situasi di Turki sekarang, sama-sama dinegara berpenduduk mayoritas Muslim tapi jilbab adalah sesuatu hal yang dilarang, hanya bedanya di Turki larangan itu tertulis atas nama sekulerisme negara sedang di Indonesia walaupun sila Pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, tapi jilbab adalah hal yang ditabukan.

         Tapi coba kita liat sekarang, yang pake jilbab udah gak bisa dihitung, Modelnya juga udah bervariasi. Acaranya pun dari acara formal sampai non formal. Yang makai jilbab pun tidak lagi santri atau bu nyai, tetapi hampir semua lapisan masyarakat, mulai dari isteri Menteri, pelajar, ibu rumah tangga, PNS, artis, termasuk pegawai bank yang dulu seakan haram memakai jilbab. Jilbab seakan sudah menjadi mode. Apalagi menjelang dan selama bulan Ramadhan seperti sekarang ini, pemakaian jilbab kayak jadi tren.

          Tapi ada ironi ketika jilbab sudah jadi mode/tren. Pertama, karena jadi tren, maka ada masa dimana jilbab tidak lagi nrendi, sebab tren fashion itu cepat berputarnya. Yang kedua, Karena dianggap sebagai mode belaka, si pemakai seakan tidak punya beban moral ketika melakukan perbuatan nista. Hati saya teriris setiap kali meliat berita adanya operasi hotel melati oleh satpol PP, kenapa mesti yang kena grebek satpol ada yang berjilbab, atau coba kita lihat ada sebagian (untuk menghindarkan penafsiran semua remaja berjilbab) anak-anak remaja berjilbab tidak kalah hotnya kalau pacaran, bahkan lebih miris lagi beredar video mesum dengan pelaku wanitanya berjilbab. Naudhubillah.

         Itu semua bisa terjadi karena mereka menganggap jilbab tidak lebih sebagai penutup kepala saja, Bagi saya jilbab bukan sekedar  penutup kepala tapi juga bisa berarti perisai agar kita terhindar dari godaan untuk melakukan hal yang dilarang. Ia harus bisa menjadi penjaga moral pemakainya. Saat nafsu menguasai dirinya, jilbab yang dipakainya mestinya bisa menjadi rem, eh aku kan pake jilbab. Karena itu mestinya orang yang berjilbab harusnya bisa lebih baik dari yang gak pakai jilbab.

          Saya tidak seberapa setuju juga kalau berjilbab nunggu baik akhlaknya. Karena sampai mati pun kita gak pernah sempurna akhlaq kita. coz mana ada manusia yang sempurna kecuali Nabi. Menurut saya dengan pake jilbab kita bisa menjadi lebih baik, jilbab bisa jadi katalisator untuk menjadikan diri kita lebih baik. Tapi Untuk bisa mendekatkan kita kepada kebaikan, maka walau berhijab itu diwajibkan buat muislimah, pemakaian jilbab harus tetap dari hati, bukan karena sedang tren atau gak enak sama teman krn semua udah pake jilbab