Kamis, 27 Juni 2019

TURUN KELAS JABATAN ITU BUKAN KIAMAT





Bagi pegawai seperti saya, mutasi adalah sebuah keniscayaan, bahkan untuk seorang PNS, janji untuk bersedia ditempatkan dimana saja sudah diikrarkan saat mau jadi PNS dengan menandatangani selembar kertas pernyataan. Sebenarnya saya termasuk kategori PNS yang tidak sering kena mutasi. Dari 21 masa kerja, saya baru 6x pindah, paling singkat saya bertugas di bagian hukum setda sedang paling lama saya bertugas di Sekretariat dewan yang sampai sepuluh tahun.   Untuk mutasi kali ini, saya sudah dengar sejak 5 bulan sebelumnya termasuk siapa yang akan menggantikan saya siapa, saya juga sudah tahu. Bahkan saya sebenarnya sudah memprediksi jauh hari ketika pilkada digelar dan siapa yang akan jadi kepala daerah dan wakil kepala daerah.  walau saya sudah tau akan dimutasi saya  tetap semangat bekerja. Berbagai kegiatan yang terkait dengan tugas dan fungsi saya seperti menasistensi teman-teman unit kerja untuk membuat proposal inovasi pelayanan publik yang akan diikutkan dalam kompetisi inovasi pelayanan publik di kementerian PAN dan Rb, menyusun Anjab ABK beberapa jabatan fungsional untuk kebutuhan pengadaan CPNS dan P3K, termasuk menyelesaikan redistribusi honorer saya kerjakan dengan semangat 45. Ada seorang teman eselon 2b  yang mengatakan kepada saya kenapa semangat kerja toh nanti yang nerima penghargaan bukan saya, tapi Bagi saya selama belum dipindah maka saya tidak boleh kendor bekerja, bukankah memberi warisan yang baik itu juga bagian dari tujuan yang baik?  Maka ketika salah satu proposal yang kita ikutkan dalam kompetisi inovasi pelayanan publik (KIPP) masuk top 99, capaian yang prestisius karena kita harus mengalahkan 3000 lebih proposal inovasi pelayanan publik, saya terharu sampai saya tidak tahan untuk tidak menangis, karena masuk top 99 ini impian saya walau saat pemberian penghargaan nanti saya tidak bisa menghadiri lagi.
Ketika kabar mutasi ini mulai saya dengar saya sudah mencoba menyiapkan diri terutama  mental saya. Karena jujur yang saya takuti adalah post power syndrom. Karena jabatan saya, selama ini saya mendapat kendaraan dinas roda 4 dengan sopir dan segala perlengkapannya, saya pun mempunyai ruang kerja di ruang sendiri yang bisa saya pasang barang pribadi saya seperti foto keluarga saya, saya pun mengelola anggaran yang bisa saya gunakan untuk mencapai target kinerja saya. Saya pun karena jabatan tersebut sering mendapat kan keistimewaan untuk duduk di depan di acara2 seremonial yang diadakan pemda. Pendek kata dengan jabatan itu saya dapat fasilitas terhormatlah.  Sementara jabatan baru ini, saya tidak akan dapat lagi fasilitas seperti itu lagi. Maka sejak mendengar selentingan bahwa saya mau dimutasi itu saya berusaha untuk tidak lagi mengikuti kegiatan kegiatan seremonial, saya juga sudah membiasakan untuk jadi staf biasa. Dan ketika surat undangan menghadiri pengambilan sumpah janji, maka saya sudah melepaskan yang bukan punya saya, dari mobil, sopir, laktop dll dan tentu mengambil semua barang pribadi saya.  Ternyata menghilangkan post power syndrome itu sulit juga walau kita sudah mempersiapkan diri. Saat mutasi terjadi, beberapa saat saya mental saya down juga, tapi dukungan keluarga, teman2  kabag organisasi baik yang dikalimantan, sumatera  jawa termasuk jatim bahkan teman teman yang ada di kementerian baik itu kemenpan Rb maupun Kemendagri yang selama ini sudah berhubungan  baik juga  langsung telp maupun chat saya memberi dukungan dan semangat,  sehingga memberikan energi baru bagi saya.    Saya harus melihat ke bawah bahwa yang saya alami masih jauh lebih ringan karena saudara sepupu suami malah dari kepala dinas menjadi staf  padahal beliau juga tidak mendapat hukuman disiplin, bahkan sepupu saya juga nyaris non job kalau tidak ada tangan-tangan ajaib. Saya tidak hendak mencari alasan atau sebab kenapa saya dimutasi ke kelas jabatan yang lebih rendah walo saya berkinerja dan tidak melanggar disiplin. biarlah itu menjadi urusan penggambil keputusan. Toh Saya pun sekarang sudah mulai menikmati pekerjaan baru saya, belajar hal baru, dapat kawan baru.  Walau sekarang saya turun kelas jabatan yang berarti penghasilan juga berkurang, tapi saya yakin dan percaya, kalo rezeki kita barokah yang sedikitpun jadinya cukup. Jadi turun kelas jabatan itu bukan kiamat. 

Senin, 24 Juni 2019

indah pada saatnya

Setiap manusia tentu punya harapan, impian atau pun cita-cita. Sesuatu yang ingin kita capai sekarang atau kurun waktu tertentu. Sebagai manusia kitapun diwajibkan melakukan usaha atau ikhtiar. Sebagaimana manusia yang lainnya, saya pun punya target-target baik untuk kehidupan pribadi saya maupun pekerjaan saya. Untuk urusan keluarga saya tentu ingin punya keluarga yang sakinah mawaddah warohmah, dengan 2 anak cukup (seperti jargon program KB zamannya pak harto) dan suami yang menyayangi keluarganya dan mendampingi kita sampai tua nanti. Semuanya berjalan sempurna sampai di bulan september tiba-tiba saya ternyata hamil din usia 38 tahun. Sedih binggung malu dll perasaan saat menyambut kehadiran si kecil. Sampai sempat pingsan saat apel pagi. Dan setelah setahun si kecil lahir, ternyata Alloh memanggil suami. Sempat terguncang selama hampir 1 tahun, kemudian bangkit bersama 3 anak tercinta. Dan nyatanya saya baru merasakan betapa Alloh sayang sama saya. Karena Alloh sebagai sang Maha pencipta tentu tahu kapan usia suami akan berakhir, maka sama Alloh saya dikirim bidadari cantik yang akan menjadi teman saya, yang akan jadi rem yang sempurna kalo saya mau berperilaku tidak benar. Saya Tidak bayangkan bagaimana sepinya hidup saya kala 2 anak saya sudah mondok selepas SD atau kuliah di luar kota. Saya tidak bisa membayangkan betapa ndablegnya saya ketika selepas kerja di kantor tidak ada orang dirumah, mungkin saja saya akan mblarah ndak tau kemana. Tapi hidup saya jadi tetap bahagia saat 2 anak saya mondok karena masih ada yang nyari saya saat saya harus rapat sampai sore bahkan malam hari sehingga saya harus bergegas pulang ke rumah, masih ada yang wa saya dengan emoj love yang buanyak.






Dari kehadiran si kecil tercinta itu, maka saya kemudian setiap ada kejadian apapun itu, pasti saya mau mencari hikmahnya, seperti kejadian mutasi saya dari kabag organisasi menjadi inspektur pembantu. Yang pasti sejak tidak lagi jadi kabag organisasi, saya keluar dari 15 group di WA yang terkait dengan jabatan saya, dan efeknya baterai hp saya jadi awet. Yang pasti juga saya tidak terbebani pekerjaan dengan target waktu yang mepet, tidak harus lembur atau pulang malam hari. Saya juga tidak perlu nguoyo, pulang jam sesuai dengan jam kerja sabtu minggu tidak memikirkan pekerjaan sehingga bisa santai dengan keluarga atau melihat drama korea kesukaan saya. Tapi saya yakin bahwa saya akan merasakan hikmah yang lebih besar dari sekedar yang saya tulis lagi. Pasti akan indah pada saatnya.