Judul ini saya meniru
dari status seorang guru, yang mungkin mempunyai pemikiran yang sama dengan
saya, yang mempunyai kegelisahan yang sama dengan saya. Sebenranya saya sudah
lama pingin nulis tentang hal ini. Tetapi baru terinspirasi untuk menulis hari
ini.
Kegelisahan saya
dimulai karena melihat berbondong-bondongnya orang untuk umroh dari pada antri
berangkat haji dengan alasan naik haji antrinya panjang toh sama-sama bisa
melihat ka’bah. Mereka bahkan sampai menjual tanah atau barang yang mereka
punyai demi bisa melaksanakan umroh. Kalo dulu biasa ada haji wahyu, haji
karena sawahnya payu alias laku. Saya pikir its okey... untuk melaksanakan
kewajiban memang harus di dahulukan. Ini mungkin imbas dari keberhasilan iklan
umroh baik iklan secara nyata maupun agen umroh yang biasanya merupakan
orang-orang yang sesungguhnya ilmu agamanya juga sudah mumpuni. Ini yang mestinya harus diluruskan. Dari Segi
hukum sudah beda, haji merupakan rukun islam dan merupakan kewajiban kalau ngak dikerjakan berdosa walau ada
syaratnya mampu, sedangkan umroh itu hanya sunnah, dikerjakan dapat pahala ngak
dikerjakan ya gak papa. Jadi kalau ada orang yang sudah berumroh tetapi belum
haji atau belum punya porsi haji, maka menurut saya dia wajib haji (dengan kata
wajib harus di beri huruh besar dan miring), karena keberangkatan umrohnya
menandakan kalau dia adalah orang yang mampu baik secara materi maupun fisiknya,
sehingga bila tidak haji setelah berumroh maka ia menanggung dosa. Ini menjadi tugas kita semua untuk Mendudukkan
sesuatu pada tempatnya, memberikan pemahaman bahwa mendahulukan yang wajib baru
setelahnya sunnah. Saat ini berangkat haji memang harus antri bertahun-tahun
untuk berangkat. Tetapi kalau menurut saya yang penting kita sudah niat dan
berikhtiar dengan membayar bpih biaya penyelenggaraan ibadah haji. Soal berangkat
kapan, kita tunggu sampai tahun berapa kita jadwalnya berangkat dan tentu semua
kita serahkan sama Yang Kuasa. Dengan membayar bpih, maka kita sudah gugur
kewajiban. Dan kalau rindu ka’bah kita bisa
umroh kalau ada rezeki.
Kewajiban berhaji tentu
tidak sekedar dapat melihat ka’bah atau dapat sholat di haromain, tetapi kita
akan menjalankan sebuah syariat yang penuh perjuangan, di dalamnya ada sunnah,
wajib syarat rukunnya. Banyak ritual yang hanya ada di haji seperti ritual
arofah minna.
Sebenarnya kalau
dihitung hitung biaya haji itu lebih murah dari umroh, untuk umroh yang reguler
9 hari itu biaya rata-rata berkisar antara 22-30 juta padahal 9 hari itu sudah
kepotong 2 hari perjalanan pulang pergi jadi praktis tinggal 7 hari, 3 hari di
madinah, 4 hari di mekah. Padahal biaya
haji cuman 37 juta itupun untuk 40 hari plus livingcost sebanyak 1500 real atau
setara Rp. 6.000.000,- apalagi katanya
yang dulu zaman saya haji dapat makan itu hanya saat di madinah dan di arofah
mina, sekarang di mekah pun kita dapat makan. Itu secara materi. Secara rohani,
saat ibadah haji dengan waktu 40 hari kita akan dapat keuntungan yang luar
biasa, karena kita bisa sholat arbain, kita dapat melakukan sholat tanpa judul
apapun, kita bisa thowaf sepuasnya, dan kita bisa iktikaf di masjidil haram dan
masjid nabawi sepuasnya (ini yang ngak akan kita dapatkan saat umroh reguler
karena waktunya terbatas, dan siang hari kita habiskan buat ziarah) dan kita
pun bisa umroh berkali-kali. Dan semua itu tentu nikmat yang sangat berarti.