Minggu, 03 Januari 2021

Akhlaqnya ini yang bikin saya makin cinta

      



Adab ketimuran, ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua, maka yang lebih muda membungkukkan badannya, bahkan ketika mereka habis bertengkar.  Ini pasti sering kita lihat di drama korea. Ini juga yang bikin saya jatuh hati, bahwa penanaman nilai-nilai penghormatan kepada yang lebih tua terus dilakukan walau mereka sudah jadi negara yang maju. Dan apa yang saya lihat di drama, saya bisa  merasakannya. ternyata tidak hanya soal tunduk menunduk kepala atau bahkan badan, tetapi lebih dari itu budaya menghargai orang lain juga saya rasakan dalam bentuk lain, yaitu menghargai pejalan kaki. sepanjang seminggu saya di korea, saya melihat betapa kita sebagai pejalan kaki sangat dihargai baik oleh pemerintah dengan  memberikan tempat yang nyaman bagi pejalan kaki maupun oleh pengemudi kendaraan bermotor. di jalan perkampungan, saya menemukan sopir berhenti melajukan mobilnya saat ada pejalan kaki yang mau menyebrang padahal kita belum kasih tanda seperti di Indonesia yang harus melambaikan tangan dulu saat tidak di zebracross.  saya juga sempat mengira bahwa jalanan disekitar myeongdong itu untuk pedestrian, sehingga saya jalan agak nengah. Tetapi ternyata tidak, karena ketika saya jalan agak nengah, ternyata mobil dibelakang saya berhenti. dan setelah saya diingatkan anak laki-laki saya , saya pin minggir, baru mobil itu berjalan.  Saya tidak membayangkan kalau itu terjadi di sini, pasti sudah diklakson plus umpatan. 
Adab yang baik itu juga saya rasakan saat naik MRT, dimana saya dan keluarga tidak mendapatkan tempat duduk. Begitu lihat anak bungsu saya, seorang bapak langsung memberikan tempat duduknya buat hira. 

            Akhlaq yang baik itu saya lihat bahwa mereka tdk panjang tangan. ketika di lotte word, di tempat bermain anak-anak, saya lihat ada tanda kayak kotak parkir seukuran semeteran. ternyata itu setelah agak siangan sedikit, penuh dengan kereta bayi  berjejer jejer,  dengan segala perbekalan yang diperlukan oleh bayi. jujur saja, saya kalau nungguin anak-anak renang di waterland, tas  perbekalan mesti saya otong-otong kemana pun saya berada.  Saya tidak cukup yakin bahwa barang-barang saya (yang cuman baju dan dompet yang isinya ngak seberapa) akan aman saat saya tinggal.  saya juga melihat di dongdaemun plaza orang meninggalkan barang belanjanya ditempat umum tanpa takut hilang. sungguh sebuah situasi yang bikin saya kagum. ini ngak mungkin terjadi kalau mereka tidak merasa aman. 

        Belum lagi penghargaan mereka atas kebersihan, luar biasa. mereka sangat disiplin meletakkan sampah pada tempat sesuai dengan jenis sampahnya, saya belum pernah dengar bahwa di korea membuang sampah sembarangan itu dapat denda besar seperti yang saya dengar di negara tetangga. mungkin awalnya bisa jadi ada denda besar untuk pembuang sampah sembarangan, tetapi kalau yang saya tahu  (dari drama korea sih... he..he..he...) membuang sampah pada tempat nya sesuai dengan jenis sampahnya itu sudah jadi budaya bahkan mereka punya hari memilah sampah. sehingga seperti negara negara maju lainnya,  semua sarana publik seperti terowongan, taman bermain, joggingtrack jam berapapun saya lihat bersih sih sih. Kalo soal ciuman yg sering kita lihat di drakor, selama seminggu di korea,  saya  mlh belum melihat. Saya melihat gaya pacarannya anak korea di muka umum menurut saya masih wajar seperti gandengan tangan, pake bando yg sama. Saya mlh miris lihat gaya pacaran anak muda di daerah saya. Tp ini sekali lagi yg saya lihat.

        Saya melihat semua itu (seperti bangsa jepang yang pernah menjajah mereka), berasal dari budaya dan etika mereka yang terus dijaga. Saya tidak tahu, apakah dikurikulum sekolah mereka ada pelajaran budi pekerti atau tidak? bisa jadi ada juga. ini mungkin yang perlu ditiru oleh kita, bahwa boleh kita menjadi negara maju dengan tehnologi yang canggih, busana ala barat dll, tetapi etika, moral dan adab ketimuran tetap dijaga. Dan saya pun yang sudaah lama cinta dengan drama korea, rasanya saya semakin cinta setelah ke korea karena apa yang saya lihat saya alami juga.