Saya adalah orang yang biasa tapi beruntung, ini adalah
ungkapan syukur saya atas segala anugerah yang diberikan Allah SWT kepada saya.
Saya memang harus bersyukur atas semua anugerahNYa, sebab saya bukanlah orang
yang pintar dan anak orang kaya. Saya sejak kecil sudah ditinggal mati Bapak
saya, dengan rumah masih gedeg (bambu yang di anyam) dan Ibu saya saat itu menjadi
guru swasta di TK dengan gaji yang sangat kecil. Walaupun oleh bapak saya
diberi warisan sawah 1 gogolan ( 3 petak) tapi karena bukan digarap sendiri,
hanya di jual tahunan, tentu tidak banyak yang bisa di dapatkan.
Sehingga terkadang kami sekeluarga (ibu, saya, adik saya dan nenek saya yang juga janda) hanya makan pisang, tumbuhan yang banyak yumbuh dipekarangan kami. Keadaan sedikit membaik, saat ibu saya menikah lagi, karena bapak tiri saya pedagang, (walaupun gak punya modal) bapak tiri dan ibu saya bekerja apa yang bisa dikerjakan mulai jual gabah kalau gagal usaha lain, sampai kemudian membuka warung gorengan dan nasi untuk dijual kepada santri pondok sekitar rumah kami. Inilah yang menghidupi keluarga kami bahkan sampai saya bisa kuliah. Saya masih ingat jam 3 pagi kami sekeluarga harus menyiapkan dagangan baik itu nasi maupun dagangan yang lain seperti godoh pisang, godoh telo, ote-ote dll. Kemudian jam 6, Ibu, saya dan adik saya siap berangkat ke sekolah sedang yang jualan bapak tiri saya. Nanti habis sekolah gantian yang jualan. Demikian saat saya kuliah, kalau liburan, maka saatnya saya menggantikan orang tua saya baik memasak maupun menjualnya. Tapi saat itu yang ada dipikiran saya Cuma syukur syukur dan syukur, sebab walaupun orang tua saya harus jungkir balik, tapi saya dan kedua adik saya bisa menikmati masa-masa kuliah di kampus yang bagus. (saya di univ brawijaya dan adik saya di unmer) Walaupun harus berhemat sehemat-hematnya agar uang saku yang Cuma pas untuk makan sederhana, saya tetap bisa menjalankan aktifitas sebagai mahasiswa, saya juga banyak dibantu bea siswa yayasan supersemar.
Sehingga terkadang kami sekeluarga (ibu, saya, adik saya dan nenek saya yang juga janda) hanya makan pisang, tumbuhan yang banyak yumbuh dipekarangan kami. Keadaan sedikit membaik, saat ibu saya menikah lagi, karena bapak tiri saya pedagang, (walaupun gak punya modal) bapak tiri dan ibu saya bekerja apa yang bisa dikerjakan mulai jual gabah kalau gagal usaha lain, sampai kemudian membuka warung gorengan dan nasi untuk dijual kepada santri pondok sekitar rumah kami. Inilah yang menghidupi keluarga kami bahkan sampai saya bisa kuliah. Saya masih ingat jam 3 pagi kami sekeluarga harus menyiapkan dagangan baik itu nasi maupun dagangan yang lain seperti godoh pisang, godoh telo, ote-ote dll. Kemudian jam 6, Ibu, saya dan adik saya siap berangkat ke sekolah sedang yang jualan bapak tiri saya. Nanti habis sekolah gantian yang jualan. Demikian saat saya kuliah, kalau liburan, maka saatnya saya menggantikan orang tua saya baik memasak maupun menjualnya. Tapi saat itu yang ada dipikiran saya Cuma syukur syukur dan syukur, sebab walaupun orang tua saya harus jungkir balik, tapi saya dan kedua adik saya bisa menikmati masa-masa kuliah di kampus yang bagus. (saya di univ brawijaya dan adik saya di unmer) Walaupun harus berhemat sehemat-hematnya agar uang saku yang Cuma pas untuk makan sederhana, saya tetap bisa menjalankan aktifitas sebagai mahasiswa, saya juga banyak dibantu bea siswa yayasan supersemar.
Saya yakin
bahwa keberuntungan saya ini karena pesen mbah putri saya yang biasa saya
panggil nyi (dari kata nyai), saat itu saya mau kelas enam, beliaunya
(allohummaghfirlaha warkhamha) mengatakan pada saya bahwa kalau kita dekat
dengan Allah maka Allah pun akan dekat dengan kita, kalau Allah sudah dekat
maka segalanya akan dimudahkan olehNya. dan beliaunya kemudian memberitahu
caranya agar dekat, yaitu selain sholat 5 waktu saya harus istiqomah sholat
malam dan puasa senin kamis. Dan saya mencoba melaksanakanNya (mudah-mudahan
ini bukan menjadi riya) sampai sekarang. Dan ternyata memang benar, saya yang
gak pinter dimudahkan masuk SMPN (saat
itu pertamanya masuk SMPN dengan DANEM, sehingga saya yang anak madrasah bisa
dengan mudah sekolah di SMP), dan saya keluar SMP juga dengan nilai yang
lumayan, walau tidak bisa masuk sekolah favorit saya masih bisa sekolah di SMA
negeri dan demikian juga saat di SMA, walau gak pernah juara kelas, saya bisa
masuk ke Universitas Brawijaya melalui jalur UMPTN (zaman dulu hanya ada 2
jalur yaitu UMPTN dan Prestasi tidak seperti sekarang yang ada jalur mandiri). Dan kemudian di Brawijaya pun
saya bisa lulus dengan predikat cumlaude/terpuji,
Demikian juga ketika saya lulus, hal pertama adalah cari kerja, setelah trauma melamar di
perusahaan swasta karena harus melepas jilbab (saya masih ingat ketika
wawancara di Perusahaan Baja saya bisa kerja tapi harus rambutnya diurai, ini
dulu tahun 90-an, alhamdulillah jilbab sekarang bukan suatu halangan di dunia
kerja) saya mendaftar CPNS, dan pada tahun kedua saya diterima, lagi-lagi saya
harus bersyukur karena saya yang tidak punya koneksi dan tidak pintar bisa
keterima jadi PNS, saat itu saya masih ingat saya dan keluarga hanya
mengeluarkan uang Rp. 68.000,- (enam puluh delapan ribu rupiah) untuk biasa
fotocopy legalisir, dan transport wawancara ke kantor pembantu gubernur di
Surabaya). Tapi mungkin ada yang gak tau bahwa setiap mau tes saya
mempersiapkan fisik dengan lari pagi, sebab dengan badan fit, saat kita
mengerjakan soal walaupun 2 jam kita
tetap fit, sehingga bisa konsentrasi
mengerjakan soal.
Diusia
Sekarang ini mungkin saya belum apa-apanya dibandingkan dengan yang lainnya,
tapi sekalai lagi itu tidak mengurangi rasa syukur saya akan nikmat yang telah
Allah berikan kepada saya, sebab saya hanyalah orang yang biasa tapi beruntung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar